Jumat, 16 Oktober 2009

cerpen gagal

Sudah lama gak mampir kesini, sudah lama gak menulis di sini.
Keasikan nulis notes di facebook, sempet kepikiran mau buat antologi puisi, tapi merasa puisi saya masih cetek, jadi malu kalau dibukukan.
Beberapa orang teman, menyarankan untuk bikin cerpen, dan berdasarkan pengalaman bahwa cerpen yang saya buat selalu gagal, maka saya agak ketar-ketir juga pas mau coba.
Coba deh sekarang buat.

Aku melangkah di koridor yang wanginya selalu sama, di langit-langitnya berterbangan rumus-rumus cepat dan beberapa penurunan untuk rumus sederhana. Berhenti sejenak, lalu tertawa, berpikir kejadian indah apa lagi yang mungkin terjadi di koridor penuh kisah ini.
Jika koridor ini bisa bercerita, ingin aku duduk di sana sepanjang hari, bolos dari les, kabur dari kelas, hanya untuk habiskan waktu disana. Duduk dan dengarkan cerita dari tahun ke tahun, cerita cinta SMA yang abadi.
Si koridor memang punya sejuta cerita, tentang bagaimana dia berjalan dia tahu, tentang apa yang dia bawa dia tahu, tentang apa yang dibicarakannya, semuanya si koridor tahu. Hanya saja dia seringkali menolak untuk berbagi denganku.
Waktu itu aku masih di tahun terakhirku di penjara kesayanganku, dan semakin indah tantangan kehidupanku, semakin indah pula kehidupan cintaku.
Si koridor tahu segalanya.
Jam 5.30 pagi, ketika aku menjadi siswa pertama yang injakkan kaki, bersama gelapnya pagi aku tersenyum penuh kemenangan, bahwa hari ini akan menyenangkan aku tahu. Jadi ku langkahkan kakiku di koridor, dengan langkah yang mantap, ke bangkuku dan tidur lelap. Ku atur waktuku agar sama denganmu, ku atur perjalananku agar berpapasan denganmu. Seringkali aku berjumpa denganmu di tangga, hingga percakapan kita hanya sebatas dua atau tiga anak tangga. Tapi tolong beritahu, apa yang lebih menyenangkan di hari itu selain percakapan denganmu?
9.30, dengan langkah kemenangan aku keluar, menantimu keluar untuk ku ikuti. Sedikit tak sopan tak apalah, siapa yang peduli. Lalu kamu kembali ke belakang ada yang tertinggal, aku tersenyum menyapamu, dan bertanya apa yang bisa ku bantu.
Duduk di tempat yang paling nyaman, sesekali mencuri pandang, dan itulah sensasi menyenangkannya. Ketika kamu pergi, aku mencari, aku ingin memberi permen loli. Untuk kamu nikmati ketika pelajaran biologi.
Jam 13.15 siang, kamu bergegas pulang. Tanpa sepatah atau dua patah kata untuk diucapkan, kadang aku merasa hatiku dihancurkan. Berlebihan memang tapi mungkin seperti itulah kenyataan.
Aku berdiri lagi di koridor, untuk ceritakan kisahmu lengkap disana, karena dia dengar dan dia tahu, meski dia bisu.
Dan jika kamu ingat hal-hal kecil tentang aku, ya itulah caraku menunjukkan rasa sukaku, cara biasa untukmu yang luar biasa.

kan gagal cek urg ge.. astaga

Tidak ada komentar: